Banjarnegara – Krisis air bersih melanda Desa Kaliajir, Kecamatan Purwanegara, Kabupaten Banjarnegara. Adapun sungai yang menjadi sumber air alternatif warga saat ini diduga tercemar.
Salah satu warga Desa Kaliajir, Suwati mengatakan tiap kemarau warga kerap mengambil air di sungai untuk kebutuhan sehari-hari. Warga biasa membuat cerukan di sungai untuk menangkap air sungai yang debitnya menipis.
“Air sungai sekarang sudah sedikit, jadi warga membuat sumur-sumur kecil di sungai,” ujar Suwat Namun, air dari sungai tersebut beraroma karat dan limbah tahu.
“Airnya bau karat dan ampas (limbah) tahu. Tapi mau bagaimana lagi. Air-air ini biasanya digunakan untuk mencuci baju, piring, dan untuk mandi,” ucap Suwati.
Warga Desa Kaliajir lainnya, Handiem, mengatakan sudah lebih dari 3 bulan mengalami krisis air bersih. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari ia terpaksa membeli air.
“Kalau pas tidak ada droping air ya beli. kalau mengambil di sungai pun sekarang air juga sudah banyak yang kering,” kata dia.
Biasanya ia membeli air seharga Rp 150 ribu untuk 1 tandon air. Dalam sebulan, Handiem bi
Sementara itu, dampak kekeringan di Banjarnegara terus meluas. Saat ini tercatat ada 26.718 jiwa terdampak krisis air bersih. Kondisi ini membuat Pemerintah Kabupaten Banjarnegara segera meningkatkan status menjadi tanggap darurat bencana kekeringan.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, saat ini ada 15 desa dan 5 kelurahan dari 9 kecamatan di Banjarnegara mengalami krisis air bersih. Dari jumlah tersebut ada 7628 KK atau 26.718 jiwa.
“Dari hasil rapat koordinasi terkait kekeringan, salah satunya menaikkan status dari siaga darurat menjadi tanggap darurat. Karena saat ini dampak kekeringan sudah di 20 lokasi, yakni 15 desa dan 5 kelurahan dari 9 kecamatan di Banjarnegara,” kata Pj Bupati Banjarnegara Tri Harso Widirahmanto usai rapat koordinasi bencana kekeringan di ruang rapat bupati, Jumat (8/9/2023).
Ia mengatakan, penetapan naiknya status dari siaga darurat bencana menjadi tanggap darurat bencana akan dilakukan pekan depan. Status tanggap darurat bencana kekeringan ini akan berlaku 60 hari ke depan.
“Anggaran di BPBD semakin menipis. Untuk penanganan kekeringan kalau tidak ada peningkatan status ke tanggap darurat BPBD tidak bisa membiayai dengan BTT (biaya tak terduga),” jelasnya.
Tri Harso mengatakan, selain melakukan droping air, pihaknya melakukan penanganan kekeringan jangka panjang. Salah satunya dengan membuat sumur bor.
“Kalau solusi jangka pendek dropping. Tetapi kami akan membuat sumur bor di lokasi rawan kekeringan, tentunya dengan menggunakan kajian dari geospasial,” pungkasnya.
Baca artikel detikjateng, “Kekeringan di Kaliajir Banjarnegara, Warga Gali Air di Sungai Bau Karat” selengkapnya https://www.detik.com/jateng/berita/d-6921131/kekeringan-di-kaliajir-banjarnegara-warga-gali-air-di-sungai-bau-karat.